Main Air Sungai
Kami memilih pulang kampung tiga hari pada libur lebaran kemarin. Hal yang paling disukai anak-anak. Bagi mereka pulang kampung menjadi sesuatu yang menyenangkan. Bukan karena keluar dari kebisingan kota dengan polusi udaranya. Mereka senang karena di kampung bisa main air sepuasnya, tanpa harus keluar uang satu sen pun. Inilah kegembiraan yang membawanya selalu rindu pulang kampung.
Kami berangkat cukup pagi. Ini memang direncanakan agar bisa lebih santai membawa kendaraan. Kami tak perlu khawatir terjebak macet, seperti cerita-cerita pulang kampung di tanah Jawa. Jalan masih lengang, dan tetap lengang hingga kami kembali ke kota. Inilah juga yang menggembirakan jika pulang kampung.
Selain itu, kami juga ingin tiba di kampung lebih awal. Waktu tempuh kampung kami, Angan Tembawang, ke Pontianak, jika menggunakan mobil, bisa empat jam. Melewati Jalan Trans-Kalimantan yang cukup mulus. Tiba di simpang Ampar berbelok ke arah Batang Tarang, yang jalannya belum selesai diperbaiki. Tiba di Batang Tarang berbelok ke jalan menuju kampung Semangkar, terus akan melewati kampung Tilap, lalu Padi Kaye, kemudian Muya, lantas Sinto, dan tiba di Angan.
Jalan dari simpang Semangkar hingga ke Angan, rusaknya ampun-ampunan. Lubang ada pada tiap ruas jalan. Batu-batu menjadi penghalang derap roda berputar. Jarak yang hanya sepuluh kilometer itu harus kami tempuh lebih dari satu jam. Jalan mendaki dan menurun dengan berbatuan dan curam yang mengerikan. Salah bantir setir, bisa wassallam.
Kami tiba pukul sepuluh pagi. Singgah di rumah keluarga yang berada di tepi sungai. Melihat air, anak-anak langsung minta mandi. Ya udah mereka mandi sepuasnya. Hal yang tak bisa mereka temukan di kota.
Begitu juga hari-hari berikutnya. Mandi dan bermain air di sungai jadi favorit. Hingga hari ketiga, dua jam sebelum berangkat, mandi dan bermain air tetap dilakukan.
Angan Tembawang
Juli 2016
Juli 2016