Mau Healing? Ke Riam Angan, Yuk!

Riam, Angan, Riam Angan, Healing, mau healing, ke riam, ke riam angan, riam angan yuk, angan yuk,


Riam Angan makin populer. Jumlah pengunjung juga makin bertambah. Pernah ditutup ketika pandemi pada 2020 hingga 2021. Ketika dibuka kembali pada 2022, Riam Angan kembali jadi magnet bagi penikmat wisata alam dan air. Kalau mau healing, Riam Angan bisa jadi solusi.

Tahun 2022, saya tak berkunjung ke riam. Ketika pulang pada 24 Desember, anak-anak sudah mengajak kalau hari Natal, 25 Desember akan ke riam. Namun, rencana itu tidak terwujud. Saya pulang ke rumah sekira pukul enam malam. Jadi, sudah tidak memungkinkan lagi mau ke riam. Sudah malam. Ngapain juga ke riam malam-malam. Siang hari saja, sejuk airnya. Bagaimana kalau malam. Bisa-bisa, belum nyebur sudah menggigil duluan.

Debit air Riam Angan memang tidak sedahsyat dua puluh tahun lalu. Bisa jadi ini karena terjadi pergeseran pola iklim, yang kerap disebut sebagai perubahan iklim. Bisa jadi juga karena vegetasi di wilayah riam sudah mulai berubah. Kendati begitu, pesona Riam Angan tetap menarik. Aliran air yang deras. Tempat mandi seperti danau cukup luas sehingga bisa menampung banyak orang.

Setidaknya ada empat lokasi yang membentuk danau, yang bisa dipakai untuk mandi. Tetapi, yang paling ramai dikunjungi ada dua: Riam Game’ dan Riam Ango. Ango, dalam bahasa Angan yang menuturkan bahasa Be’ Aye, bermakna tinggi atau panjang. Di Riam Ango ini air terjunnya cukup tinggi. Dua dekade lalu, jika hujan turun cukup deras, gemuruh air terjun itu suaranya bisa didengar hingga ke kampung Angan, yang jaraknya sekitar tiga kilometer dari riam. Sehingga dulu, orang-orang berharap riam itu bisa menjadi sumber pembangkit listrik, untuk menerangi kampung-kampung terdekat. Hingga listrik PLN sudah masuk ke Angan, keinginan itu tidak terwujud. Ini juga patut disyukuri karena riam kemudian menjadi destinasi wisata yang cukup digandrungi.

Tahun baru 2023, saya menerima kabar kunjungan ke riam membeludak. Kondisi ini juga pernah terjadi pada 2019, ketika pandemi Covid-19 belum ada. Akses masuk ke riam sulit bergerak. Manusia dan kendaraan juga mengalam stagnasi. Memang tak ada catatan yang pasti berapa pengunjung pada tahun baru itu. Saya sendiri tidak pernah mengunjungi riam ketika tahun baru. Sebab, sebelum tahun baru sudah balik menjadi kaum urban lagi.

Saya senang mendengar kabar riam makin populer. Tentu ada efek ekonomi di situ. Tentu juga ada keinginan untuk menata riam menjadi lebih bagus. Supaya para pengunjung menjadi lebih betah dan berjanji pada dirinya untuk kembali lagi. Saya percaya, sumber daya orang Angan sudah bisa bersaing dengan daerah lain dalam mengelola itu. Tentu saja, bantuan pemerintah kabupaten untuk memberikan dorongan, pelatihan, dan pendampingan agar sumber daya itu semakin kompeten. (090123)

LihatTutupKomentar
Cancel