Tak Ada Buku pada Tanggal Satu
Tahun ini, kami meluputkan kebiasaan yang dilakukan saban ganti tahun, pada hari pertama atau tanggal satu pada tahun yang baru: membeli buku. Padahal tahun-tahun sebelumnya, kami selalu membeli satu atau dua buku. Tetapi, tahun 2023 ini, kami tidak melakukan kebiasaan membeli buku pada tanggal satu januari.
Sejak memperoleh pekerjaan tetap, saya selalu menyisihkan sedikit gaji untuk membeli buku. Ada buku yang menunjang pekerjaan, ada buku sastra, hingga buku-buku ilmiah lainnya. Ketika anak sulung berusia sepuluh tahun, aktivitas membeli buku makin sering. Mulanya anak-anak ini tidak tertarik membaca. Saya belikan majalah bobo, yang sekarang sudah tidak terbit versi cetaknya, dia hanya melihat gambar-gambar saja. Tak dibaca majalah itu.
Minggu berikutnya, saya bawakan lagi majalah bobo. Kali ini, dia mulai membaca satu atau dua tulisan pada majalah itu. Saya mulai melihat, jika dia punya minat baca yang mesti dipupuk terus. Hampir sepuluh minggu, saya bawakan majalah yang terbit tiap Kamis itu. Dan, pada majalah yang kesepuluh itu, dia melahap semuanya. Termasuk kuis yang disediakan majalah tersebut.
Pernah suatu hari, saya sengaja tak membawa majalah Bobo. Raut sedih di wajahnya. Ia merasa ada sesuatu yang kurang. Seperti tidak ada hadiah dari saya ketika menemuinya. Kebetulan, tahun-tahun itu, kami tinggal pada tempat yang berbeda. Dia bersama ibu dan adiknya tinggal di Nyarumkop karena ibunya bekerja di Koloni Orang Sakit Jiwa di Buduk, Singkawang. Sementara saya tetap di Pontianak. Setiap Sabtu pagi, menemui mereka dengan membawa oleh-oleh berupa buku. Minimal Majalah Bobo tadi.
Adiknya juga berminat dengan majalah itu. Saat itu, usianya baru tiga tahun. Tapi belum bisa membaca. Dia hanya membolak balik majalah dan melihat gambar-gambar saja. Setiap datang majalah baru, menjadi yang pertama melihat. Kadang berebut dengan sang kakak. Majalah koyak dan tak sempat terbaca. Ada sedih. Ada tangis. Seru juga melihat pertengkaran keduanya.
Setelah pindah ke Pontianak, aktivitas membaca keduanya makin jadi. Si Kakak tak lagi hanya membaca Majalah Bobo. Dia sudah mulai membaca buku-buku lain, semisal komik. Ketika itu ia sudah kelas tiga sekolah dasar. Mulai menggambar anime seperti yang ia lihat di buku-buku komik. Tak lama ia menyukai komik. Kemudian beralih ke buku-buku teenlit. Mungkin ini mengikuti usianya yang mulai menginjak sepuluh tahun. Kendati begitu, ia tetap menyantap majalah Bobo.
Tahun ini, kami tak memiliki buku baru untuk dibaca yang dibeli pas tanggal satu Januari. Bukan karena lupa membeli. Tetapi, area jalan-jalan pada tanggal satu itu tidak memiliki toko buku semacam Gramedia di Megamal Ayani. Rencananya setelah pulang dari tempat jalan-jalan tadi, mau singgah. Tapi dibatalkan. Mau belok ke Megamal, dah malas. Mata sudah kadung ngantuk. Sudah siang juga. Jadi, kami memilih langsung pulang ke rumah.
Masih ada buku di rumah yang belum selesai dibaca.