Apa yang Telah Kita Tinggalkan?

tahun, baru, apa, yang, sudah, kita, tinggalkan, bakar, bakaran, doa, terompet, ganti,


Tahun baru sudah tiba. Dari 2022 ke 2023. Gegap gempita perayaan pergantian deret angka itu. Doa-doa terdaraskan. Resolusi terucapkan. Semua berharap menjadi lebih baik menjalani tahun berikutnya. Farewel tu 2022. Welcome to 2023. 

Lalu apa yang telah kita tinggalkan? Banyak. Ada prestasi. Ada keterpurukan. Ada kegembiraan. Ada kedukaan. Semua sudah tercatat dalam sejarah hidup kita. Segalanya sudah dijalani. Kemudian menjadi kenangan. Menjadi cermin untuk meneruskan hidup, sebelum Tuhan menghentikan dengan otoritas-Nya. 

Tahun berganti, tentu juga usia bertambah. Setiap tahun, kita selalu merayakan ulang tahun. Setiap tahun juga, bagi yang sudah menikah, merayakan ulang tahun pernikahan. Semua berjalan seperti jarum jam. Tak berhenti sebelum benar-benar dihentikan. Seperti air yang terus mengalir. Apapun itu, hidup harus terus berjalan. 

Lalu apa yang baru? Orang bijak bilang, “tak ada yang baru di bawah matahari.” Tetapi, setidaknya kita bisa menambahkannya, “memang tidak ada yang baru di bawah matahari, tetapi selu ada yang baru dalam hidup kita.” Di mana kebaruan itu? Pengalaman yang kemudian akan menjadi cerita. Bisa jadi ia akan sama, tetapi mestinya ia menerima sesuatu yang baru. Setidaknya, usia kita bertambah. Dan, itu menjadi deret angka yang baru. 

Ruang massa dipenuh gift, ucapan, doa, dan gambar-gambar ungkapan tahun baru. Ini kebaruan pada zaman sebelum ruang massa digital ada. Terompet tetap bersorak. Tetapi, mungkin tak ada lagi knalpot meraung sepanjang jalan saat detik-detik pergantian tahun. Selain melahirkan suara bising, juga dilarang oleh kepolisian. Bakar-bakaran masih ada. Jagung, ayam, ikan, sosis, selalu menjadi favorit dalam ritual ini. Semua itu tersaji dalam ruang massa digital. 

Lalu apa yang hendak kita catat pada tahun berikutnya. Sudah tanggal satu. Saya menyajikan tulisan ini, sebagai tulisan pertama pada 2023. Terus belajar untuk memperbaikinya. Terus menulis untuk peradaban. Tentang apa saja. Bebas. Tidak melanggar norma-norma, baik hukum maupun kearifan lokal. 

Malam pergantian tahun, kami sekeluarga makan bersama. Pada sebuah tempat makan, kami tak banyak bercerita. Hanya fokus pada mengisi perut. Makan bersama terakhir pada tutup tahun. Sehabis makan, menikmati jalan raya yang mulai ramai. Orang-orang merayakan tahun baru dengan menikmati udara kota. Selepas itu, tak ada acara bakar-bakaran. Dua anak kami, bermain bersama teman-temannya. Bermain petasan, lato-lato, hingga bakar-bakaran juga. 

Hari ini, ketika tanggal sudah berubah menjadi satu januari, kami berziarah. Mengunjungi makam anaknda di Pemakaman St. Yusuf Sungai Raya Pontianak. Ia, yang kunamai Magdala Novena Kinara, berpulang sebelum melihat matahari pada 17 November 2019. Ia, yang sekarang, dalam hening memeluk bumi. 

Kita akan terus menulis sejarah hidup. Entah itu baik, bahkan keterpurukan. Kita juga tidak bisa meraba, apa yang akan terjadi pada kita esok hari. Tetapi, doa kita kepada Tuhan, agar diberikan semua kebaikan saat melakoni hidup, yang jumlahnya 365 hari itu. Hari ini, sejarah pertama akan kita tulis, bahkan sudah ditulis ketika jarum jam menunjukkan pukul 00.00 tadi malam. 

Ruang Tamu, 1 Januari 2023

LihatTutupKomentar
Cancel