Lato-lato Ujung Desember
Tiba-tiba permainan Lato-lato jadi populer. Bandulan yang berbunyi kletak kletak ketika beradu. Sang pembuat mainan sungguh jenius. Bisa melihat peluang. Apalagi di tengah maruknya anak-anak bermain gadget. Sungguh lato-lato menjadi alternatif bermain saat jeda memandang layar monitor handphone.
Ketika pulang kampung pada 24 Desember 2022, sehari jelang perayaan Natal, belum ada anak-anak yang bermain lato-lato di kompleks. Begitu juga di kampung, tak ada tanda-tanda anak-anak bermain lato-lato. Mungkin saja di komplek perumahan lain sudah ada. Mungkin saja di kampung lain, permainan itu sudah lama ada. Jangan-jangan saya yang kudet.
Entah dari mana pembuat lato-lato mendapat ide. Entah rumus fisika yang mana, yang diterapkan si pembuat lato-lato itu. Entah bagaimana permainan itu disebut lato-lato. Saya tak peduli. Tetapi permainan itu mengasyikan sekaligus mengganggu, juga berbahaya.
Disebut asik karena dengan memainkan dua bandul yang diadu itu memberikan kesibukan pada jari tangan. Ada makna terapi bagi tangan karena terus bergerak mengikuti ayunan tali pengikat bandul tadi. Asik juga karena bandul yang diberi warna bisa membuat spektrum unik, jika divideokan kemudian diputar dalam gerak lambat. Bagi para fisikawan, ini sudah menjadi bagian dalam sebuah penelitian gerak bandul jika beradu.
Disebut menganggu karena bunyi kletak kletak sebagai akibat beradu dua bandul tadi. Bayangkan jika kita sedang enak-enaknya tidur siang, eh ada anak-anak bermain lato lato dengan bunyi kletak-kletaknya, tentu saja membuat tidur kita terganggu. Belum lagi teriak cekikik mereka yang menertawakan temannya karena salah dalam mengayunkan bandul tersebut. Sehingga gerak bandul menjadi tidak seirama.
Mengapa berbahaya? Ketika mengunjungi tuan facebook, saya melihat ada postingan beberapa anak yang lebah di bagian kepala. Si pembuat status menyebut hal itu karena terkena buah lato-lato. Sepertinya, lato-lato terbuat dari benda keras. Kalau kena kepala, sudah tentu bisa benjol. Jika tidak berhati-hati, bisa lebih parah. Apalagi kalau mengenai bagian wajah.
Dari mana permainan ini? Sebenarnya lato-lato itu senjata dari Argentina. Bola atau Boleadoras merupakan senjata yang dipakai koboi untuk menangkap ilama. Bandul ini dibuat dari dua bola polimer badat. Diameter satu bola sekira lima sentimeter. Agar mudah mengayunkan, kedua bola tadi diikat dengan tali agar mudah memainkannya.
Mulanya, bola lato-lato dibuat dari bahan akrilik atau kaca temper. Namun bahan itu sangat mudah pecah. Kemudian bola lato-lato diganti dengan bahan plastik. Tetap saja mudah pecah. Pecahan itu menimbulkan serpihan yang cukup berbahaya bagi anak-anak.
Food and Drugs Administration (FDA) Amerika Serikat kemudian melarang permainan yang mengandung bahan kimia, mudah terbakar, dan mengandung radioaktif. Larangan itu diterbitkan FDA pada 1971. Larangan itu membuat permainan lato-lato ditinggalkan.
Pada 2022, tiba-tiba permainan ini muncul kembali. Tentu dengan bahan yang berbeda. Permainan ini makin populer ketika Presiden Joko Widodo juga ikut mengendorse lato-lato.
Jika lato-lato kekinian adalah sebuah permainan dua bandul yang beradu, maka bagi orang Angan-penutur bahasa Be’ Aye-lato memiliki makna yang lain. Lato bermakna air yang meninggi akibat hujan deras dengan durasi yang cukup lama. Singkatnya, lato adalah banjir.
Pontianak, Desember 2022