Aku Ingin Hidup dan Menua Bersamamu

aku ingin, ingin hidup, hidup menua, menua bersamamu

Benarkah kau adalah belahan jiwa yang digariskan Tuhan untukku? Ah, semoga saja benar. Itulah doaku dalam desahan nafasku kepada sang pemilik hidup. Tak mudah bagiku untuk mendapatkan cinta darimu. Aku harus berjuang dalam ketiadaan. Aku bersyukur karena kau menerimaku dengan segala ketidaksempurnaan. Sempurna yang kumiliki hanya rasa cinta yang mendalam.


Aku akan merawat apa yang telah kuperjuangkan. Tak akan aku sia-siakan. Kau tak akan lara bila bersamaku. Itulah janjiku pada senja dan matahari yang nyaris terbenam di ufuk barat dengan semburat jingganya.


Mencintaimu adalah menerima anugerah yang Tuhan berikan kepadamu. Menerimamu dengan apa adanya adalah caraku bersyukur atas anugerah itu. Apa pun dirimu. Siapa pun dirimu, aku yakin itulah takdir yang diberikan Tuhan kepadaku. Sepantasnya aku bersyukur dan merawatnya tanpa lelah hingga ujung usia.


Pada harinya nanti, aku akan meminangmu dengan adil ka’ talino bacuramin ka’ saruga basengat ka’ jubata. Aku berharap nantinya kau akan menjawab dengan kata, “arus…arus…arus.” Ini akan menjadi perjuangan yang maha berat. Aku harus siap menjalaninya. Itulah janjiku padamu.


Ketika tiba waktunya, aku akan menggandeng tanganmu menuju mimbar Tuhan. Aku akan menikah denganmu dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Besar harapanku, kamu akan menjawab dengan satu kata, “Amin!”


Jika nanti waktunya sudah pas, akan kulingkarkan cincin yang kupesan pada malam di jari manismu. Cincin itu menjadi berita baik bagimu. Ia menyematkan pesan bahwa proses pencarian cinta sudah berakhir. Cintaku berakhir padamu. Cincin dengan karat yang paling kecil itu menjadi bukti penghentian pencarian cinta.


Tak ada lagi senja yang lain setelah ini. Tak ada juga dermaga lain untuk cinta yang baru. Kamu adalah senja sekaligus dermaga terakhir bagiku. Semesta sudah merestui. Cintaku dan cintamu menyatu, setelah ritual bepipis oleh tetua adat berakhir. Begitu juga ketika imam yang memimpin upacara pernikahan di altar Tuhan berakhir, saat itulah segala ego kita bersatu. Kita mencintai karena ketidaksempurnaan. Berdua kita menjadikan segalanya menjadi sempurna.


Jika nanti, kau benar-benar telah menjadi milikku. Biarkanlah aku membacakan sajak-sajak seluruh cintaku yang hanya untukmu. Biar pun suaraku tak enak didengar, aku berharap kamu mendengarnya hingga selesai. Walau puisinya tak puitis, aku berharap hadir nuansa romantis kala itu. Biarkan aku menyanyikan lagu yang pernah kita nyanyikan bersama. Satu harapan, lirik lagu itu bisa mengalir bersama darahmu dan tercipta sejarah cinta yang panjang.


Engkau adalah cinta dalam hidupku yang terindah, yang paling kupuja. Mengalir dalam darahku, dalam nadi dan menghiasi hariku dengan warna-warna bahagia. Setiap kali aku melihat wajahmu. Hatiku terpikat dan tergoda. Ingin kuhabiskan seluruh hidupku. Dalam pelukanmu yang hangat dan lembut


Aku ingin mempersuntingmu menjadikanmu istriku yang tercinta. Bersama kita jalani kehidupan membangun cinta dan keluarga yang abadi. Aku ingin mengisi hari-hariku dengan senyummu yang manis. Menyanyikan lagu cinta bersamamu menikmati indahnya hidup yang tercipta.


Kita akan berjalan berdua menjelajahi dunia dengan bahagia. Bersama-sama kita lewati semua. Menua dalam cinta yang selalu terjaga. Maka izinkanlah aku Untuk mencintai dan mempersuntingmu. Menyatukan jiwa kita selamanya dalam ikatan suci pernikahan yang abadi.


--Senja dan Cinta yang tak Pernah Tiba

LihatTutupKomentar
Cancel