Bertemu Frater Taus

Bertemu, Frater, Taus, Bertemu Frater, Frater Taus, Bertemu Frater Taus

Saya lebih senang memanggilnya Frater Taus. Lebih akrab saja dengan panggilan itu. Tapi di Biara Novisiat Kapusin Gunung Poteng, dia dipanggil Frater Laurens, yang diambil dari nama lengkapnya Laurensius Hartanto. 

Saya bertemu Frater Taus di Biara Novisiat Kapusin Gunung Poteng pada Rabu pagi, 9 Maret 2016, saat sebagian besar orang Indonesia berburu melihat gerhana dan orang-orang Hindu merayakan Nyepi. 

Di Gunung Poteng, pagi itu, kami tak bisa menikmati gerhana matahari total. Matahari tak hadir di gunung karena mendung yang cenderung gerimis. Bahkan puncak Gunung Poteng tak terlihat karena kabut yang menutupinya. 

Oh ya, saya datang ke Biara Novisiat Kapusin Gunung Poteng atas undangan Pastor Gabriel Marcel OFM Cap. Dia mengajak berdiskusi dengan orang muda Katolik dan beberapa frater tentang dunia tulis menulis. Saya datang ditemani dua kawan lain: Severianus Endi dan Basilius Andreas Gas. 

Kami tiba di Biara Novisiat Kapusin pukul lima pagi. Endi kemudian menghubungi Pastor Gabriel Marcel OFM Cap, memberitahukan kalau kami sudah tiba di biara. Tak lama berselang, seorang frater datang menghampiri. Kami saling tegur sapa. Para Novis sudah bersiap hendak misa pagi, rutinitas yang selalu mereka lakukan setiap hari. Saya dan dua teman tadi, disambut tiga frater dan tiga pastor. 

Saat berjalan menuju kamar istirahat, saya bertemu seseorang yang perawakannya begitu dikenal. Ya, dia Taus. Eh, dia Kenakan jubah coklat, jubah khas kapusin. Saya tidak kaget sebenarnya karena sudah dapat informasi soal pilihannya untuk hidup membiara. Tahun 2015, seorang teman mengabarkan hal itu. Tapi saya tak menduga kalau hari ini bertemu dengannya, setelah tidak berjumpa sejak tamat dari Asrama Sepakat Dua di Pontianak tahun 2001

Tak ada yang berubah. Kami tetap saling kenal, bahkan cenderung lebih heboh pertemuannya.
"Eh, Taus," kata saya seraya menjabat tangannya. 

Dia tersenyum. Lebih pasnya tertawa. Tetap dengan gayanya ketika masih sama-sama di asrama dulu. Yang berubah hanya postur tubuh. Dia sudah agak berisi. Agak gemuk. Kulit lebih putih. Mungkin sudah tidak pernah main sepakbola di lapangan becek di bawah terik matahari. 

"Kok masuk kapusin, kan dulu tinggal di asrama MTB," saya menggodanya. 

Taus hanya terkekeh. Ia kemudian pamit untuk mengikuti misa pagi. Saya pun masuk ke kamar istirahat. Sekadar meluruskan pinggang. 

Foto diambil saat saya bertemu dengan Frater Taus di Biara Novisiat Kapusin Gunung Poteng, 9 Maret 2016. (*)
LihatTutupKomentar