Bahasa Angan akan Masuk KBBI

Bahasa, Angan, masuk, KBBI, Bahasa Angan, Masuk KBBI, Angan Masuk, bahasa angan masuk, angan masuk KBBI

Di warung kopi pada sebuah pagi ujung pekan, saya diberikan satu undangan oleh seorang teman yang praktisi linguistik. Ia ajak ikut sejenis diskusi bertajuk program pengayaan kosakata bahasa Indonesia di FKIP Untan. Saya iyakan undangan itu.

"Nanti kita bisa usulkan kosakata dalam bahasa Angan agar masuk juga dalam kamus," begitu dia memancing agar saya mau hadir. Saya senang saja. Apalagi saya sedang mengumpulkan kosakata dalam bahasa Angan untuk dijadikan sebuah kamus khusus. Hitung-hitung ini jadi pelajaran tambahan.

Oh ya, ini ada sedikit informasi soal orang Angan. Orang Angan bermukim di wilayah adat Benua Angan, yang secara geografis berada di Desa Angan Tembawang, Kecamatan Jelimpo, Kabupaten Landak, Kalbar. Wilayah adat Angan berbatasan dengan Kecamatan Balai (Batang Tarang), Kabupaten Sanggau. Ada tujuh kampung yang termasuk ke dalam wilayah adat Angan, yakni Angan Tembawang, Angan Rampan, Angan Pelanjau, Angan Limau, Angan Landak, Angan Tutu, dan Angan Bangka. 

Orang Angan menggunakan bahasa Be Aye' dalam bertutur kata. Bahasa Be Aye'  ini juga menyebar hingga ke Kecamatan Balai dan Tayan. Jumlah penutur bahasa Angan mencapai 3.000 jiwa. Sebagian kecil tersebar di beberapa daerah, seperti Pontianak karena menjadi perantauan. Ada sekitar 526 kepala keluarga yang mendiami tujuh kampung di Benua Angan.

Balik lagi ya ke soal program tadi. Saat harinya tiba sesuai tertera di undangan, saya benar-benar hadir. Seperti biasanya, saya hanya mengenakan baju kaos berkerah dan sepatu kets, dengan tas merah yang nyaris lusuh. Tak sulit menemukan lokasi kegiatan. Di aula kampus orange itu saya tiba kira-kira setengah jam sebelum acara mulai. 

Kawan yang mengundang sumringah melihat saya datang. "Ah, akhirnya bisa juga datang," katanya. Kami bersalaman. Lalu saling lempar tawa.

Singkat cerita, acara pun dimulai. Ada tiga panelis: dua dari luar Kalbar, satu lagi panelis dosmetik. Sebelum mereka cuap-cuap di depan orang banyak, panelis dosmetik mempromosikan buku sajak yang saya tulis. Trus, dia minta saya bacakan salah satu puisi dalam buku itu. Maka, puisi berjudul "Mantra Ayah" yang ditulis dalam bahasa Angan pun meluncur. Lumayanlah buat nambah curriculum vitae. Hehehe.. 

Setelah rehat sejenak, ada praktik mengusulkan kosakata daerah melalui website milik kemendikbud. Sayang ada kendala teknis. Akhirnya kami diberikan kertas putih untuk menuliskan kosakata yang diusulkan. Saya pun menuliskan beberapa kosakata yang unik untuk diusulkan masuk dalam KBBI edisi terbaru nanti.

Ini dia beberapa kosakata yang saya usulkan. Totokng: Sejenis beduk yang hanya boleh dibunyikan ketika ritual adat notokng berlangsung. Sengkilik: sejenis kincir/kipas yang dibuat dari daun kayu, yang biasa dimainkan oleh anak-anak dengan membawanya berlari. Nsoyo: terompet yang terbuat dari daun kelapa. Hanya boleh dibunyikan selama satu minggu sebelum ritual notokng. Ada juga kosakata Notokng: ritual adat Angan, yang dilakukan untuk menghormati kepala/tengkorak hasil mengayau.

Lalu ada juga Tembawang : bekas pemukiman yang telah lama ditinggalkan penghuninya; hutan atau kebun milik seseorang atau kampung yang ditanami tumbuhan buah seperti durian, langsat, tengkawang, dll. Saya juga mengusulkan radakng: untuk sebutan lain dari betang, rumah deret yang tinggi memanjang. Tentu saja usulan ini tak sertamerta diterima oleh para ahli yang menyusun KBBI. Setidaknya ini bentuk partisipasi publik agar kosakata dalam bahasa Indonesia semakin kaya. 
LihatTutupKomentar