Kita yang Vandal
vandal, dinding, relief, pontianak, perjalanan, coretan,
Jika anda melewati dinding relief di Pasar Sajoek Pontianak, kita diingatkan pada perjalanan panjang kerajaan di Kalbar. Relief itu menjadi satu buku kecil yang bisa dibaca publik, yang melewatinya.
Tapi tak sepenuhnya kita menyadari, mungkin juga saya, bahwa relief itu sebagai sebuah pengetahuan penting. Ia sebenarnya sudah menjadi perpustakaan terbuka bagi sesiapa saja.
Lalu, dinding itu tak juga semestinya hanya milik relief yang dibuat sangat rapi. Beberapa orang yang kreatif menambah informasi di dinding itu. Bagi pencoret, tentu saja itu penting. Bagi yang anti-coret dinding, pasti akan bilang kalau itu sebagai tindakan vandalisme di ruang publik. Hal yang semestinya dihindari. Tak ada informasi yang lebih berguna dari pencoret, selain hanya menuliskan namanya, juga pasangannya.
Vandalisme, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna, "perbuatan merusak hasil karya seni dan barang berharga lainnya (keindahan alam)," sudah jamak did ruang publik. Kita yang senang merusak menjadi seorang vandal. Bukan hanya pada dinding relief kerajaan di Stadion PSP saja, tapi pada banyak tempat lainnya. Orang lebih senang menambah coretan pada karya seni yang dibuat orang lain, dibanding membuat karya seni yang lebih indah lagi.
Mungkin pencoret ingin terlihat eksis. Atau ingin mengatakan bahwa saya telah mewujudkan, pepatah Latin, verba volant scripta manent itu.
Tapi, kau tak tepat mewujudkannya, kawan!
(Foto diambil di salah satu pilar pada dinding Stadion PSP)
Pontianak, 14 Mei 2016
Budi Miank
Budi Miank