Pancui Marage
Angan Tembawang akhir 2016. Seusai perayaan Natal yang sederhana di kampung itu, orang-orang kemudian berkunjung ke rumah-rumah. Hal sederhana yang selalu dilakukan saban tahun. Tak ada pesta yang meriah. Hanya keramahan tuan rumah yang menyambut dengan senyuman. Kue-kue khas kampung terhidang. Ada juga roti-roti produksi pabrik.
Minuman-minuman seperti tuak, juga minuman bersoda terhidang. Kami bersenda dalam tawa. Apalagi sudah lama tak bersua. Rindu itu terjawab ketika orang-orang di kampung menyapa dengan ramah.
Saya selalu memilih pulang kampung jika Natal tiba. Dua anak saya, Vanessa dan Pedagi, sangat senang kalau diajak pulang kampung. Pernah satu hari, ketika libur idulfitri, ibunya mengajak berlibur ke pantai di Singkawang. Mereka menolak. Tidak tahu kenapa menolak. Ketika diajak pulang ke kampung, keduanya mengiyakan. Jadilah kami pulang kampung. Padahal jalan menuju kampung belum begitu bagus. Jika dari masuk dari Jelimpo, Kabupaten Landak, jalan sudah beraspal walau belum sampai di kampung.
Jika lewat Batang Tarang, Kabupaten Sanggau, medan menuju kampung sangat berat. Mendaki satu gunung dengan kecuraman 45 derajat dan licin karena belum beraspal. Jika berjalan kaki, dari kaki gunung hingga ke puncaknya, memakan waktu sekitar 30 hingga 45 menit. Sungguh melelahkan. Jika menggunakan sepeda, maka beban kian berat karena tidak bisa dinaiki. Jika menggunakan sepeda motor, pastikan tarikannya masih kuat. Kalau tidak, bakal terhenti di tengah tanjakan. Jika menggunakan mobil, pastikan mobil itu memiliki gardan ganda. Jika tidak, lebih baik tidak melewati jalur itu.
Di Angan Tembawang ada air terjun. Orang-orang Angan menamakannya Pancui Marage. Pancui dalam bahasa Be’ Aye – bahasa yang dituturkan orang Angan-berarti pancuran atau air jatuh dari tempat yang lebih tinggi. Marage itu nama lokasinya. Air terjun dan riam ini berada di Sungai Rentawan, yang bermuara di Sungai Landak. Ada empat riam di Pancui Marage-yang kerap dikunjungi-yakni Riam Game’, Riam Bengaris, Riam Along, dan Riam Ango’. Sementara satu lagi, Riam Marage yang berada di hulunya, yang jaraknya cukup jauh dari empat riam sebelumnya. Saya pun belum pernah ke Riam Marage ini.
Saya tak mengerti juga mengapa orang-orang Angan menamakan kumpulan riam ini dengan sebutan Riam Marage. Nama ini kayaknya baru disepakati. Mungkin baru tahun 2016. Saya rasa agar lebih mudah mengingatnya karena Marage merupakan uncak dari Sungai Rentawan. Saya setuju dengan nama ini. Unik dan mudah diingat. Lebih lokalistik. Bernuansa kearifan lokal, istilah orang-orang pintar.
Riam Marage semakin dikenal. Era digital ini, orang-orang yang berkunjung ke tempat itu menjadi promotornya. Mereka memposting lokasi riam yang dikunjungi di laman-laman fesbuk. Banyak yang ingin berkunjung ke tempat itu. Hutan alam yang perawan ditambah lagi kesejukan air dan trip menuju ke tempat itu cukup menantang. Para petualang sangat senang menikmati hutan alam yang masih lebat seperti di Pancui Marage ini.
Tahun baru 2017, pas tanggal satu Januari, Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus meluangkan waktunya untuk melihat dan menikmati riam-riam di Pancui Marage. Ramai orang ikut serta. Dari posting-posting fesbuk, semuanya bergembira. Senang bisa menikmati riam yang tersembunyi di hutan Kalimantan itu. Kemudian, mereka berharap suatu hari nanti bisa kembali ke tempat itu. Mungkin mereka sudah minum airnya sehingga tergoda untuk kembali lagi.
Tempat favorit di Pancui Marage ini ada dua. Itu menurut saya lo. Pertama, Riam Game’. Riam ini memiliki luncuran dari batu yang terbentuk secara alami selebar dua meter, dengan panjang luncuran sekitar empat meter. Air yang deras dan jernih melintasi batu luncuran itu. Di tempat ini, orang-orang bisa bermain luncuran seperti di Taman Kanak-kanak. Air yang mengalir menjadi pendorong utama.
Riam kedua yang jadi favorit saya itu adalah Riam Ango’. Ango’ dalam bahasa Be’ Aye bermakna panjang atau tinggi. Iya, Riam ini memiliki air terjun yang cukup tinggi yakni sekitar 10 meter. Jika hujan cukup deras, gemuruh airnya terdengar hingga kampung terdekat, seperti Angan Rampan dan Angan Landak. Jika kemarau, debit airnya berkurang.
Di bawahnya ada sebuah kolam air yang cukup dalam. Arusnya cukup deras. Pengunjung yang belum bisa berenang sebaiknya tidak terjun ke kolam air tersebut. Bagi mereka yang bisa berenang, tempat ini mengasyikan. Pengunjung juga bisa berada di bawah air yang terjun. Merasakan sensasi ditimpa air terjun dari ketinggian 10 meter. Wuiiihhh, sedaaapp. Sejuuuukkk….
Jika anda punya waktu, berkunjunglah ke Riam Marage. Sekarang ini, setiap hari Minggu selalu ramai dikunjungi. Mereka datang dari berbagai daerah, bahkan ada yang dari Pontianak sengaja datang untuk menikmati wisata alam ini.
Bagaimana menuju Riam Marage? Nanti ya diulas lagi. Hehehe…
Budi Miank | 270217
[Foto dokumen pribadi diambil di Riam Ango'. Satu dari empat riam di Pancui Marage dengan air terjunnya yang cukup tinggi. Riam ini menjadi tempat favorit pengunjung menikmati pesona alam.]