Tiga Buku pada Tanggal Satu
Buku, tanggal, satu, tiga, 2022, resolusi
Tanggal satu dari 365 tanggal pada 2022 baru saja dimulai. Tanggal yang menandakan habisnya angka dalam satu tahun pada 2021. Umat manusia yang menghuni bumi melakukan selebrasi atas pergantian tahun tersebut. Doa-doa diucapkan. Resolusi dinazarkan. Kembang api dibakar. Petasan diledakkan.
"Saya sukses tidak tidur selama satu tahun," seloroh seorang anak.
Ya, malam itu dia tidur pukul satu dinihari. Tanda tanggal telah berubah, dari 31 Desember 2021 ke 1 Januari 2022. Sesuatu yang baru baginya.
Seperti tahun sebelumnya. Kami mengunjungi pusat pasar modern di Jalan Ahmad Yani. Tidak seperti tahun-tahun sebelum pandemi, yang keluar masuk bebas saja. Tahun ini, masuk mall mesti scan barcode peduli lindungi. Pengunjung harus mengunduh aplikasnya terlebih dahulu. Di pintu masuk, petugas keamanan memastikan semua pengunjung men-scan barcode dari telepon pintarnya, kecuali bagi anak-anak yang memang belum ada program vaksinasinya.
Scan barcode peduli lindungi untuk memastikan bahwa pengunjung sudah menerima vaksinasi, baik tahap pertama maupun tahap kedua, Covid-19. Jumlah pengunjung juga dibatasi. Hari itu, saya tercatat sebagai pengunjung ke-234 dari 7.000 kapasitas yang diizinkan.
Di luar, hujan mengguyur Pontianak. Berkat dari Tuhan yang tak boleh kita dustai.
Apa yang dicari di mall? Tak banyak. Cuci mata, makan, dan hal remeh temeh lainnya. Lalu apalagi? Masuk toko buku. Mencari-cari buku yang mungkin saja menarik perhatian, kemudian membolak-balik sampul dan halaman belakang. Membaca sinopsisnya. Kemudian membawanya menuju kasir.
Hari itu, kami membeli tiga buku. Saya satu. Beli buku karya Sindhunata yang berjudul Anak Bajang Menggiring Angin. Putri sulungku, yang senang membaca, membeli buku karya Dee Lestari, yang berjudul Ksatria, Putri & Bintang Jatuh. Sementara adiknya membeli komik Jepang karya Sui Ishida yang berjudul Tokyo Ghoul. Ibunya tidak membeli buku. Tapi ia cukup senang karena anak-anaknya punya minat membaca buku.
"Kalian kapan mau menerbitkan buku. Masak hanya buku karya orang," katanya.
"Kita harus membaca buku orang dulu. Supaya kita tahu bagaimana membuat alur cerita yang menarik. Pada saatnya nanti, kita juga akan bikin buku," kata putri sulungku.
Hujan mulai reda. Sisa rintik-rintik. Ada yang datang. Ada yang pulang. Pun begitu dengan kami. Setelah mengantongi buku, kami pulang bersama hujan yang telah reda.
Pontianak, 1 Januari 2022