Kabar dari Angan: Tahun ini Digelar Ritual Notokng
kabar, angan, dari, tahun, ritual, notokng, adat, budaya, orang, jaga, jalan, panitia, video, buku, 2022, juni
[Menabuh totokng saat ritual Notokng di Angan Tembawang, Kalimantan Barat - dok pribadi]
Pertengahan Mei 2022, seorang teman dari kampung Angan Tembawang memberi kabar. "Tahun ini, Angan akan menggelar ritual Notokng. Kami sudah membentuk panitianya. Hari dan tanggal pelaksanaan belum ditentukan," kata teman tadi.
Saya senang mendengar kabar itu. Hampir empat tahun, Angan tidak menggelar ritual Notokng. Pandemi Covid-19 membuat ritual tahunan itu tidak bisa digelar. Tahun ini, setelah pagebluk itu mereda, Orang Angan menuntaskan rindu akan ritual yang sudah jarang digelar di Kalimantan Barat ini. Dulu, cukup banyak kampung yang menggelar ritual ini. Sekarang, tergerus perkembangan zaman, ritual adat sekaligus kebudayaan ini sudah berkurang. Semoga, Orang Angan mampu menjaga dan merawat ritual ini hingga tetap lestari.
Sebagai pekerja media, saya berkinginan ritual Notokng ini menghiasi halaman media massa. Pada 2003, setahun setelah saya bekerja di media, saya membawa tiga teman pulang ke Angan untuk menulis tentang Notokng. Ada Muhammad Syaifullah dari Kompas, Jo Seng Bie dari LKBN Antara, dan Moses dari Duta. Bang Syaiful dari Kompas sudah mendiang. Kami juga membuat dokumen video untuk ritual itu.
Kami berangkat dari Pontianak sekira pukul sepuluh menggunakan mobil Kompas. Jalan Transkalimantan belum mulus. Masih tanah kuning dan berangkal batu. Rumah-rumah warga di sepanjang jalan, terutama wilayah Sungai Ambawang berubah warna coklat tanah akibat debu jalanan. Kami tiba di Angan sekira pukul empat sore. Inilah kali pertama ritual Notokng diliput oleh media massa.
Setelah itu, setidaknya ada dua kali lagi liputan ritual Notokng. Ada Ruai TV, Kompas, dan The Jakarta Post. Saya sendiri menulis untuk Pontianak Post. Saya tidak tahu, apakah ada media lain yang menulis lagi soal ini. Saya sih berharap semakin banyak yang menulis ritual ini, tentu saja semakin bagus.
Di era digital ini, video-video di kanal Youtube dengan mudah ditemui prosesi ritual Notokng. Perpustakaan digital itu memberi ruang bagi para konten kreator untuk menyimpan karya-karyanya. Diberi uang pula oleh owner Youtube lewat adsense. Selain jadi arsip pribadi, arsip publik, juga mendatangkan uang.
Saya memilih menulis ritual dalam sebuah buku dengan judul Notokng. Buku itu diterbitkan pada 2017 dengan 117 halaman. Pertama kali dicetak 200 eks. Kemudian cetak lagi 200 eks, dan pada 2021 dicetak lagi 100 eks. Buku Notokng ditulis dalam genre novel. Saya berharap ada peneliti yang melakukan riset mendalam terkait Notokng ini.
Tahun ini, 2022, Orang Angan sudah menetapkan Notokng akan digelar pada 22-25 Juni. Sedikit berbeda dengan perhelatan tahun-tahun sebelumnya, yang bisa digelar pada Mei. "Pada Juni, anak-anak sekolah sudah libur. Jadi tidak mengganggu mereka dalam belajar," kata panitia.
Apapun itu, pasti yang terbaik. Angan masih setia merawat adat dan budaya yang sudah ada sejak lama. Semangat melestarikan mesti tumbuh dalam diri Orang Angan. Bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk martabat dan kemashalatan Orang Angan itu sendiri. Saya bangga sebagai bagian dari Orang Angan.
Pertengahan Mei 2022, seorang teman dari kampung Angan Tembawang memberi kabar. "Tahun ini, Angan akan menggelar ritual Notokng. Kami sudah membentuk panitianya. Hari dan tanggal pelaksanaan belum ditentukan," kata teman tadi.
Saya senang mendengar kabar itu. Hampir empat tahun, Angan tidak menggelar ritual Notokng. Pandemi Covid-19 membuat ritual tahunan itu tidak bisa digelar. Tahun ini, setelah pagebluk itu mereda, Orang Angan menuntaskan rindu akan ritual yang sudah jarang digelar di Kalimantan Barat ini. Dulu, cukup banyak kampung yang menggelar ritual ini. Sekarang, tergerus perkembangan zaman, ritual adat sekaligus kebudayaan ini sudah berkurang. Semoga, Orang Angan mampu menjaga dan merawat ritual ini hingga tetap lestari.
Sebagai pekerja media, saya berkinginan ritual Notokng ini menghiasi halaman media massa. Pada 2003, setahun setelah saya bekerja di media, saya membawa tiga teman pulang ke Angan untuk menulis tentang Notokng. Ada Muhammad Syaifullah dari Kompas, Jo Seng Bie dari LKBN Antara, dan Moses dari Duta. Bang Syaiful dari Kompas sudah mendiang. Kami juga membuat dokumen video untuk ritual itu.
Kami berangkat dari Pontianak sekira pukul sepuluh menggunakan mobil Kompas. Jalan Transkalimantan belum mulus. Masih tanah kuning dan berangkal batu. Rumah-rumah warga di sepanjang jalan, terutama wilayah Sungai Ambawang berubah warna coklat tanah akibat debu jalanan. Kami tiba di Angan sekira pukul empat sore. Inilah kali pertama ritual Notokng diliput oleh media massa.
Setelah itu, setidaknya ada dua kali lagi liputan ritual Notokng. Ada Ruai TV, Kompas, dan The Jakarta Post. Saya sendiri menulis untuk Pontianak Post. Saya tidak tahu, apakah ada media lain yang menulis lagi soal ini. Saya sih berharap semakin banyak yang menulis ritual ini, tentu saja semakin bagus.
Di era digital ini, video-video di kanal Youtube dengan mudah ditemui prosesi ritual Notokng. Perpustakaan digital itu memberi ruang bagi para konten kreator untuk menyimpan karya-karyanya. Diberi uang pula oleh owner Youtube lewat adsense. Selain jadi arsip pribadi, arsip publik, juga mendatangkan uang.
Saya memilih menulis ritual dalam sebuah buku dengan judul Notokng. Buku itu diterbitkan pada 2017 dengan 117 halaman. Pertama kali dicetak 200 eks. Kemudian cetak lagi 200 eks, dan pada 2021 dicetak lagi 100 eks. Buku Notokng ditulis dalam genre novel. Saya berharap ada peneliti yang melakukan riset mendalam terkait Notokng ini.
Tahun ini, 2022, Orang Angan sudah menetapkan Notokng akan digelar pada 22-25 Juni. Sedikit berbeda dengan perhelatan tahun-tahun sebelumnya, yang bisa digelar pada Mei. "Pada Juni, anak-anak sekolah sudah libur. Jadi tidak mengganggu mereka dalam belajar," kata panitia.
Apapun itu, pasti yang terbaik. Angan masih setia merawat adat dan budaya yang sudah ada sejak lama. Semangat melestarikan mesti tumbuh dalam diri Orang Angan. Bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk martabat dan kemashalatan Orang Angan itu sendiri. Saya bangga sebagai bagian dari Orang Angan.