Beritahu Aku Cara Mengingat Jejak Cinta Kita

cinta, aku, kamu, cara, jejak, kita, cinta kita, aku dan kamu, jejak cinta, beritahu aku, cara mengingat, mengingat jejak, jejak cinta kita, senja


Aku masih suka datang ke dermaga ini. Menikmati jingga mentari senja sambil meniti jalan kenangan yang pernah aku dan kamu ciptakan. Mengikuti jejak yang dibuat walau nyaris dihapus angin dan hujan. Di antara ingatan dan kenangan, siluetmu melintasi remang cahaya yang temaram di ufuk barat. Aku terhanyut pada kenangan-kenangan yang pernah kita cipta bersama.

Suatu waktu, aku dan kamu pernah menikmati senja yang sama. Senja yang sederhana. Kita tertawa melihat anak-anak ikan terombang ambing oleh gelombang kapal yang lewat. Tubuh kecilnya tak sanggup menahan laju arus. Ia terhempas ke turap beton, kemudian tertarik arus lagi. Ia coba melawan, tetapi tubuh kecilnya menyerah.

Kita juga tersenyum mendengar ocehan para penjaja makanan yang menggoda agar membeli dagangannya. Kita bergeming. Kita tenggelam dalam keindahan fatamorgana yang tercipta di kaki ufuk barat. Semburat warna jingga menenggelamkan para penikmat senja di dermaga itu. Tetapi bagiku, senja itu kamu. Ya, senja itu kamu. Kamulah satu-satunya alasanku untuk selalu datang ke dermaga ini agar bisa menikmati senja.

Aku pernah menulis puisi untukmu. Aku menulisnya ketika menunggumu di dermaga kecil di tepian kapuas. Berulang kali kutulis namamu dan senja dalam puisi itu. Jika senja itu kamu, aku ingin satu siluet saja yang berbingkai cahaya berpendar di kaki ufuk. Aku ingin melukiskanmu pada kanvas jejak yang kita pesan sejak kemarin.

Sementara aku melukiskan jejak, kau menari di bibir dermaga. Kamu tak peduli suitan panjang anak-anak yang bermandi cahaya di sungai itu. Kau meliuk dalam gerak berirama musik dari deburan ombak yang terhempas di turap beton itu. Kau senandungkan lagu ceria dari bibir mungilmu.

Kamu lafalkan sebaris puisi tentang senja. tentang jingga yang melebur di awan, tentang matahari yang beranjak pulang. Aku tak ingin siluet itu lamur, entah karena jamur maupun umur. Aku hanya ingin siluet itu tetap menari, walau letih lelah merisak kaki. Hingga tak lagi gemulai liukan tanganmu.

Akan aku jaga siluet bersama sisa waktu walau aku tahu tak bisa menghentikannya. setidaknya aku akan bertahan hingga malam benar-benar menelannya. Akan kumunajatkan satu doa: besok aku menemuimu di dermaga ini lagi. Ketika senja itu kamu, maka aku hanya ingin satu siluet.

Di dermaga ini, kita pernah berjanji pada senja atas warnanya yang indah di ufuk. Kita kagum pada warna jingga di langit. Kita iri pada burung yang terbang melintasi jingga senja. Mereka begitu romantis.

--Senja dan Cinta yang tak Pernah Tiba

LihatTutupKomentar
Cancel