Aku akan Tetap Merayakan Senja Walau Tanpamu

Aku, akan, Tetap, Merayakan, Senja, Walau, Tanpamu, kamu,


Kamu boleh saja mencintaiku. Itu pilihan yang kamu lakukan secara sadar. Cintailah pilihanmu itu dengan jujur. Seperti senja yang mewarnai langit dengan jingganya sebelum gelap menutup terang pada kaki ufuk barat.

Kamu dan aku memang ditakdirkan untuk saling mencintai. Saling mengenal lebih dalam satu sama lain. Tetapi takdir tidak linier dengan rasa itu. Kita tidak ditakdirkan untuk hidup bersama. Kamu harus tahu itu.

Pada akhirnya, aku harus menyadari bahwa kamu harus pergi. Bawa semua kenangan yang baik. Tinggalkan semua ketidakbaikan-ketidakbaikan yang pernah kita ciptakan bersama. Biarkan menjadi temanku menunggumu kembali. Pergilah untuk sementara. Berjanjilah pada senja bahwa kau akan kembali. Membawa serta jingga mentari senja, terang bintang, dan kedip kunang-kunang yang bisa menemaniku hingga akhir malam.

Jika sudah tiba purnama yang paripurna, kembalilah. Bukan untukku, bukan untuk siapa-siapa. Juga bukan untuk cerita yang pernah kita buat dan belum selesai. Tetapi, kembalilah hanya untuk cinta. Karena aku ingin itu saja.

Aku harus berterima kasih kepada senja. Ia yang mempertemukan aku dan kamu d dermaga kecil itu. Senja juga yang membuatku jatuh cinta pertama kali padamu ketika ekor mata kita bertemu. Pada kerling matamu, aku menangkap ketulusan hatimu dalam merawat perjalanan cinta.

Senja yang singkat itu telah melahirkan catatan cinta kita yang panjang. Itu semua kita pasrahkan pada senja, pada warna jingga yang terlukis di ufuk barat. Kita juga titipkan satu ikatan cinta pada semburat jingga di langit itu.

Aku juga berterima kasih kepada taman bunga tak jauh dari dermaga kecil itu. Selepas menikmati senja yang sumringah, aku selalu membawamu menikmati mekar tulip. Ada segerombolan kunang-kunang menggoda seakan mengadu pada kita bahwa perannya berkedip sudah diganti lampu warna warni.

Hingga pada purnama keduabelas. Di sinilah aku menunggumu. Menanti dengan harapan bahwa kau akan kembali. Membawa pulang cinta yang pernah kita titipkan pada senja. Bukan untuk siapa-siapa, tetapi untukku. Aku ingin cinta. Itu saja.
Pada kunang-kunang yang hadir dalam gelap, aku bermunajat untuknya. Aku ingin ia tetap setia bergerombol mengunjungi taman ini menjelang malam. Aku ingin kedipnya tetap sempurna seperti kedip bintang yang Tuhan titipkan di langit malam. Agar aku bisa merayakan kenangan bersamamu hingga akhir malam. Walau aku tahu, tak mudah bagi kunang-kunang untuk bertahan di kota ini. Setidaknya aku masih menyimpan harapan untuk itu, sama seperti aku berharap kau hadir membawa cinta kita yang dulu. Sebab, aku yakin cinta akan membawamu kembali di sini.

Aku tak pernah menyesal menjadi yang pertama jatuh cinta padamu. Bagiku itu anugerah. Semoga bagimu itu bukan bencana. Seperti senja yang tak pernah menyesal mewarnai hari. Biarpun ia hanya diberi waktu sedikit saja. Ia tak pernah bosan melakoni perannya dengan penuh cinta sebelum gelap tiba.

Walau aku tahu kemudian, senja juga yang mengabarkan takdir itu kepada kita. Takdir yang dituliskan tidak bisa menyatukan cinta kita. Aku berjanji padamu akan merayakan senja-senja berikutnya walau tanpa kehadiranmu. Begitu juga aku berjanji akan merayakan malam walau bintang tak datang, tanpa kunang-kunang yang pergi. Aku akan merayakan semuanya.

--Cinta dan Senja yang tak Pernah Tiba

LihatTutupKomentar
Cancel