Jika Kau Pergi, tak Perlu Menutup Pintu Terlalu Keras
Jangan menutup pintu terlalu keras ketika kita akan pergi. Karena kita tidak tahu, suatu hari nanti akan kembali lagi melalui pintu yang sama. Inilah analogi yang dibuat orang-orang bijak kepada mereka yang pernah sakit hati, diputuskan oleh kekasihnya. Banyak orang ketika sudah putus akan menyimpan luka yang dalam kepada mantannya.
Bahkan ada yang bersumpah tak ingin lagi melihatnya. Tak jarang kita mengumbar ujaran kebencian kepada mantan. Itulah kita yang tak siap untuk ditinggalkan seseorang karena cinta. Hal ini tak boleh kita lakukan. Begitu juga kamu. Pun demikian halnya dengan aku.
Bagaimana pun juga aku harus berterima kasih kepada dirimu. Kau telah mencintaiku dengan caramu yang sederhana. Aku tahu itu. Dan, aku menyadarinya. Walau akhirnya kamu harus pergi, aku tak perlu marah berlebihan. Itulah takdir yang diciptakan untuk aku, juga untukmu.
Apa pun itu, aku berterima kasih atas semua hal yang telah kau lakukan selama ini. Suka dan sedih adalah cerita kita yang belum usai. Sayang dan benci adalah kisah yang kita rajut bersama. Sakit hati tak seharusnya membuat tali silaturahmi ikut terputus. Kamu yang tak lagi menjadi kekasihku, kini menjadi saudaraku dalam persahabatan.
Hubungan kita yang berakhir, membuatku tahu bagaimana rasanya patah hati. Aku berusaha tegar menghadapi getirnya tersakiti. Cintaku sebenarnya tak bertepuk sebelah tangan, tapi kemudian ditinggali tanpa alasan yang kuat. Walau begitu, aku tak boleh larut dalam luka. Aku harus merelakan kau pergi. Aku berdoa semoga kau mendapatkan seseorang, sebagai penggantiku, yang lebih baik. Tetapi, pintu hatiku akan terbuka jika suatu hari nanti kau akan kembali.
Aku berterima kasih kepadamu, yang sekarang menjadi mantan. Terima kasih juga atas cerita yang kau bawa pergi. Walau tak sempat aku miliki. Tetapi, tak satu pun dari kisah yang kita jalani pernah aku sesali. Sekali lagi, terima kasih atas cinta yang pernah kau berikan.
--Senja dan Cinta yang tak Pernah Tiba