Tak Pernah Berhenti Mencintaimu Walau Harus Terluka
Aku sudah tahu risiko mencintaimu. Apa pun itu aku siap. Bahkan bila harus terluka sekalipun, aku mesti tegar. Memilihmu adalah sebuah kesadaran yang paripurna. Tak ada yang memaksaku agar mencintaimu. Aku tahu karena sekarang ini bukanlah zaman perjodohan. Aku memilihmu secara sadar. Begitu juga kamu, menerima pilihanku itu secara sadar. Cinta kita adalah cinta yang sadar.
Kamu sudah tahu bahwa aku mencintaimu secara sadar. Walau kemudian cinta yang sadar itu tidak direstui semesta. Aku tak peduli dengan keras hati ini. Sikap keras inilah yang selalu membuatku siap menerima kenyataan. Terluka di kemudian hari. Aku tahu itu pahit, inilah cinta yang terlanjur. Aku bahagia jika kau menerimaku dengan bahagia. Bila sebaliknya, aku tetap tersenyum. Aku tahu luka atas nama cinta itu tragis. Tragedi yang seharusnya tidak terjadi. Perih yang semestinya terhindari.
Dalam segala pertengkaran, aku mencoba untuk mengalah. Bukan karena aku salah. Bukan juga agar aku terlihat benar. Aku hanya ingin kau tahu betapa besar cintaku yang sadar itu padamu. Aku juga ingin menyelamatkan jejak yang pernah kita buat bersama. Aku tak ingin jejak itu terhapus, walaupun badai tsunami menerpanya.
Kadang dalam marah aku diam. Bukan karena aku ingin menutupi persoalan kita. Marah tidak bisa menyelesaikan masalah. Mungkin benar, kata banyak orang, diam itu emas. Aku hanya ingin bertahan.
Menangis juga bukan jawaban atas persoalan. Aku tak ingin mengobral air mata hanya untukmu. Pada luka yang kau berikan, aku tak ada air mata yang keluar. Aku ingin kau melihatku tetap tegar berdiri.
Kamu masih ingat, ketika di dermaga itu, kita bertemu melihat senja. Kita bertengkar hanya karena hal yang remeh temeh. Kamu menganggapku telah mendua. Aku tak tahu, dari siapa berita itu kamu dapati. Aku berusaha menyakinkanmu, tapi kau tak percaya. Kau benar-benar meragukan rasa cintaku. Kamu ingat? Apakah aku menangis atas seranganmu itu? Tidak! aku tidak menangis. Aku tetap berdiri tegak. Aku yakin apa yang kamu tuduhkan tidak benar. Tetapi, aku biarkan kamu mengucapkan kekecewaanmu. Aku hanya diam. Aku tahu, kamu belum bisa mengendalikan diri. Nanti setelah kau reda, akan aku jelaskan semuanya. Segala hal yang kamu dengar sungguh tidak benar.
Entah mengapa tiba-tiba aku sedih. Bukan karena aku cengeng. Tapi aku menyadari tuduhan yang kamu sampaikan sangatlah tidak benar. Aku sedih karena kamu lebih percaya mereka. Aku terluka karena kamu tak bertanya dengan baik kepadamu tentang hal yang kamu dengar.
Kamu tahu, banyak cinta yang datang padaku setelah kamu. Semua itu aku tolak. Aku percaya kamu akan memberiku rasa teduh dan nyaman. Aku percaya, cinta yang kau berikan sungguh tulus. Itulah sebabnya, aku tak pernah putus asa mencintaimu. Sekalipun aku terluka karena itu.(*)
-- Senja dan Cinta yang tak Pernah Tiba