Cemburu yang Menguatkan Cinta

cemburu menguatkan, cinta kita, menguatkan cinta, yang menguatkan


Ia merasa hatinya terkoyak ketika melihat kekasihnya tersenyum manis pada teman lama mereka. Rasa cemburu meluap-luap di dalam dirinya. Ia ingin mengekspresikan perasaannya, tapi takut dianggap posesif atau terlalu membatasi kebebasan kekasihnya.

Hari demi hari, ia merasa semakin tertekan dengan rasa cemburunya yang tak kunjung hilang. Ia tak ingin kehilangan kekasihnya, tapi juga tak ingin terlihat lemah di hadapannya. Hingga suatu hari, ia bertekad untuk mengungkapkan perasaannya dengan jujur.

“Maafkan aku, tapi aku merasa cemburu saat melihatmu bersama temanmu tadi,” ujarnya tulus pada kekasihnya.

Kekasihnya menatapnya dengan lembut. “Aku mengerti perasaanmu. Tapi percayalah, aku hanya bersama teman lama kita dan tidak ada yang harus kamu khawatirkan.”

Ia merasa lega mendengar penjelasan kekasihnya. Namun, ia tak ingin kejadian serupa terulang lagi. Ia ingin menjalin hubungan yang kuat dan saling percaya satu sama lain. Dari situ, mereka saling berbicara tentang apa yang membuat mereka cemburu dan bagaimana cara untuk mengatasi rasa cemburu tersebut.

Ternyata, dengan mengungkapkan perasaan cemburu dan berkomunikasi secara terbuka, hubungan mereka semakin kuat dan saling memahami. Mereka belajar untuk saling mempercayai dan memberi kebebasan satu sama lain, namun tetap saling menjaga dan menghargai hubungan mereka.

Dari kejadian itu, ia menyadari bahwa rasa cemburu bisa menjadi peluang untuk memperkuat cinta, asalkan dihadapi dengan cara yang tepat. Mereka berdua sama-sama memahami bahwa cemburu adalah suatu emosi yang alami dan bisa terjadi pada siapa saja. Namun, yang terpenting adalah bagaimana cara mengatasi dan menyelesaikannya dengan baik, sehingga hubungan mereka semakin kuat dan harmonis.

Pernah kita saling cemburu. Kita cemberut, saling abai, tak saling sapa, kadang judes. Semua itu karena ada rasa curiga di hati. Kita seolah sudah tidak percaya lagi satu sama lain. Kadang kita bertengkar untuk hal-hal yang remeh temeh, padahal itu tidak pernah terjadi. Curiga dan tidak percaya lagi membangkitkan rasa cemburu itu.

Aku tak memberi alasan mengapa aku cemburu. Bukan karena aku tak percaya lagi padamu. Aku hanya tak ingin kehilanganmu lebih cepat. Masih banyak cerita yang belum kita tulis bersama. Aku ingin cerita yang panjang tentang kita, seperti panjangnya usia semesta ini. Bukan sebuah cerita yang singkat, seperti senja yang mewarnai langit. Biar pun itu indah, tetapi aku tak ingin terluka.

Cemburu membuat kita semakin kuat. Kita semakin percaya bahwa cintalah yang membuat cemburu itu hadir. Aku sangat cinta padamu. Aku tak siap jika kehilanganmu. Entah mengapa hati ini merasa tak karuan bila kau berjalan dengan mantan kekasihmu. Padahal, kamu pernah mempertemukanku dengannya. Bahkan, kau menceritakan semuanya perihal hubunganmu dengan dia dulu. Begitu juga mantanmu itu. Dia tidak menyembunyikan apa pun tentang kalian dulu. Kami bahkan sepakat untuk melupakan semuanya agar tidak ada luka baru. Namun aku tak bisa mendustai diriku sendiri. Aku tetap menyimpan rasa cemburu padanya. Bagaimana pun juga, dia pernah mengisi hari-harimu, seperti aku sekarang. Itulah aku, yang cemburu melihatmu kembali bertemu dengan mantan kekasihmu. Aku berharap rasa ini tidak membuat kau dan aku juga akhirnya berpisah. Aku tak mau itu terjadi. Aku ingin mencintaimu hingga usia tak lagi berpihak pada kita.

Ingin aku terus memantau keadaanmu. Mungkin terdengar berlebihan atau lebay. Mungkin juga terdengar protektif. Bukan, bukan itu maksudku. Aku hanya khawatir saja. Pantas toh kalau aku khawatir. Ada sikapmu yang sedikit berbeda dari hari-hari sebelumnya. Kau sering tidak menjawab teleponku. Tak juga membalas pesan singkat yang kukirim. Bahkan, sudah sangat jarang menghubunginya. Pesan singkat whatapps dan blackbery messenger pun hanya kau baca. Sepertinya kamu sibuk sekali, hingga tak punya waktu luang untukku.

Aku berharap, kamu tidak sia-siakan orang yang benar-benar menyayangimu. Benar kata orang, kadang kita memang harus egois. Lebih mementingkan diri sendiri. Melupakan kekasih untuk hal-hal yang remeh temeh. Aku juga begitu. Kadang jika kau datang, aku tak hirau. Aku lebih memilih bermain dan berkumpul bersama teman-temanku, ketimbang harus menemuimu. Kendati begitu, aku bangga padamu, yang tak pernah lelah menemuiku. Tetapi dari semua itu, kita perlu mendengarkan suara hati yang paling dalam. Setiap kamu sedih, setiap sepi menderamu, aku pasti hadir untukmu. Selalu menyiapkan ruang dan waktu untuk mendengarkan cerita-cerita darimu.

--Senja dan Cinta yang tak Pernah Tiba

LihatTutupKomentar
Cancel